Berdiri Diatas
Kaki Sendiri
Mata Hasna masih berlari kian
kemari menelusuri daftar nama-nama yang ada di papan pengumuman. Sejak
limabelas menit yang lalu ia berada di depan papan ini. Berulangkali,
mengurutkan daftar nama itu dari atas sampai kebawah, lalu mengulang kembali
dari bawah hingga ke atas. Namuun nama Hasna Rufaidah tetap tak ditemukannya di
deretan nama-nama penerima beasiswa tahun ini. Hasna tak sendiri, ia
merupakansatu dari ratusan mahasiswa yang kecewa karena telah pontang-panting
mengurus segala berkas-berkasnya, namun tak berhasil mendapatkan beasiswa.
Sejak tahun pertama kuliah sebenarnya ia mendapatkan beasiswa selama satu
semester, namun untuk semester berikutnya, ia kehilangan beasiswa itu setelah
diadakan seleksi ulang. Entah apa penyebabnya beasiswa itu putus di tengah
jalan. Padahal jika dilihat dari indeks Prestasi Kumulatifnya (IPK), tentu saja
terus mengalami kenaikan. Untung saja ia masih bisa terus bekerja keras di
kedai ibu Incun, pemilik kantin di samping kampusnya. Sehingga ia masih bisa
terus menabung untuk membayar SPP yang tidak murah. Hasna membalikan badan dari
papan pengumuman yang mengecewakan. Ia melangkah perlahan, berniat kembali ke
kedai ibu Incun. melepas keinginan mendapatkan biaya kuliah dari kampus dan
terus bekerja keras.
“mengapa raut wajahmu tampak bersedih
Hasna?” tanya Bu Incun. “itu Bu namaku tidak tercantum di papan penerima
beasiswa.” Jawab hasna. “lho kenapa namamu tidak tercantum?” tanya Bu Incun. “tidak tahu Bu, padahal IPK ku selalu
tinggi” jawab Hasna. Ibu Incun berkata “memang ya, Pemerintah sekarang itu
kurang baik dalam bidang Pendidikan”. “tidak
boleh berprasangka tidak baik kepada orang bu, mungkin ini sudah takdir
dari allah.” Jawab hasna. “yasudah bu aku mau latihan taekwondo, soalnya 2 hari
lagi ada turnamen nasional, “rencananya sih aku mau ikut bu, lumayan kalo juara
satu dapet hadiah 5 juta untuk membayar kuliah”. Setelah itu hasna pun langsung menuju tempat latihan
taekwondo dan dia pun latihan dengan penuh semangat dan bersungguh – sungguh
agar hasna bisa menjuarai turnamen nasional itu. Hari yang ditunggu tunggu pun
tiba, hasna pun berhasil menuju final, ternyata lawan yang dihadapi hasna di
pertandingan final ini tingkat sabuknya lebih tinggi, orang-orang banyak
berkata bahwa Hasna tidak bisa menang dipertandingan final ini,tetapi Hasna
tetap yakin seraya dia berdoa kepada tuhan agar dia bisa memenangi pertandingan
ini dan menjadi juara satu. Pertandingan final pun dimulai,sayangnya hasna
kalah 10:3 pada babak pertama. Babak kedua hasna mengimbangi lawan 15:15. Babak
ketiga pun dimulai,mungkin karena lawan hasna takut tidak bisa memenangi
pertandingan,lawan hasna pun menendang kaki kanan hasna,hingga kaki kanan Hasna
mati rasa dan tidak dapat bergerak, pertandingan pun diberhentikan sementara,tim
medis berkata kepada hasna “apakah kamu masih sanggup melanjutkan pertandingan
ini?”. Hasna menjawab “insyaallah saya masih sanggup pak”. Pertandingan pun
dilanjutkan kembali. Hasna pun melanjutkan pertandingan itu. Ternyata Hasna pun
mampu menghadapi musuh itu hingga musuh itu kalah. “yeyyyy, aku tidak nyangka
akhirnya aku bisa mendapat juara satu.” Teriak Hasna. “selamat ya Hasna Bapak
tidak menyangka ternyata kamu bisa menghadapi musuhmu itu padahal kan kaki
kanan kamu sedang cidera” kata pelatih sambil meneteskan air mata bahagia. Setelah
itu Hasna di angkat oleh ketua taekwondo nasional menjadi pelatih utama di
kotanya atau biasa sebut (sabeumnim). Selain menjadi pelatih taekwondo,hasna
juga hobi menulis cerita. Suatu hari, cerita hasna dimuat di koran, dan mampu
membuat orang yang membacanya menangis, Hasna menulis tentang seorang anak yang
sudah yatim piatu sejak kecil dan hanya tinggal bersama pengasuhnya. Beberapa
minggu kemudian Hasna diberi kesempatan untuk menulis sebuah novel yang
menceritakan kehidupan dirinya. Setelah novel itu diterbitkan, ada salah satu
sutradara yang menyukai novel itu sehingga sutradara itu menawarkan Hasna agar
novelnya dapat dibuat film. Suatu kemudian, sutradara itu mendatangi rumah
hasna. “tok,,,tok,,,tok assallamualaikum.” Hasna pun langsung menuju ke pintu.
Hasna pun berkata “walaikumsallam, ada apa pak?”. “apakah benar ini rumah hasna
rufaidah?” sutradara balik bertanya. “dengan saya sendiri pak, silahkan masuk
dulu pak!!”jawab Hasna. “oh iya.” Jawab
sang sutradara sambil berjalan kearah ruang tamu. “mau minum apa pak?” tanya
Hasna. “oh,tidak usah repot-repot.” Jawab sutradara. “tidak ko pak tidak
merepotkan” jawab hasna. “yasudah air putih saja”jawab sutradara. Sutradara pun
berbicara “begini,saya disini ingin menawarkan anda untuk menjadikan novel anda
sebuah film,anda akan mendapat 20% dari hasil fim,tetapi ada cerita yang akan
sedikt dirubah. Bagaimana?,anda bersedia?. “boleh pak.” Jawab hasna. “yasudah,ini
ada berkas yang harus anda tanda tangani sebagai tanda anda setuju bahwa novel
anda boleh dijadikan film.” Jawab sutradara sambil mengeluarkan beberapa lembar
kertas. 3 bulan kemudian film itu ditayangkan diseluruh bioskop nusantara,dan
mendapat rating tinggi dari masyarakat.
Setelah itu hasna dapat membayar
semua SPP dari hasil jeripayah nya sendiri dari menjadi atlet taekwondo,pelatih
taekwondo,penulis cerpen maupun novel,dan hasil dari film yang ceritanya
berasal dari novel Hasna itu tanpa harus bergantung kepada beasiswa.
Story by -FAKHRI AL FARISI-
And
-BINTANG ADI WIJAYA-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar